Senin, 30 Juli 2018

Danyangan Nggedong























Danyangan dalam budaya Jawa adalah tempat atau rumah roh halus penunggu pohon, gunung, sumber mata air, dan lain sebagainya. Para danyang diyakini masyarakat tidak mengganggu ataupun menyakiti, melainkan melindungi. Sesepuh desa pun meyakini, penunggu danyang adalah roh para leluhur yang sudah meninggal.
Jaman dulu tempat keramat ini dipakai untuk membuang sesaji. Setiap ada acara Rasulan, sunatan, orang mau nikah, atau ada keperluan lainnya pasti terlebih dahulu datang ke sini untuk meminta izin pada penunggu pohon. Dengan memakai perantara juru kunci desa.
Juru kunci biasanya membawa panjang ilang, wadah tempat sajen yang terbuat dari janur kelapa. Isinya kemenyan, kembang setaman, minyak wangi, jadah, uang, telor, dan berbagai macam jajanan pasar. Lalu sang juru kunci itu membakar dupa kemenyan sambil komat kamit membaca mantera.
Lucunya, begitu melihat juru kunci membawa panjang ilang, aku dan teman-temanku langsung mengikutinya dari belakang. Lalu sembunyi di belakang pohon besar, menunggu sampai ritualnya selesai. Begitu ritualnya selesai panjang ilang itu menjadi rebutan, seru sekali. Biasanya yang diincer uangnya.
Masyarakat dan juga sesepuh desa menganggap tempat keramat itu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Karena dianggap sebagai pengayom atau pelindung dari marabahaya. Maka dari itu orang-orang desa tidak ada yang berani melanggar, karena akibatnya bisa menjadi celaka.
Dulu setiap mau Rasulan tempat keramat ini dibersihkan. Setelah bersih dipakai arena judi sabung ayam, dadu, dan lain sebagainya. Ramai sekali, pemandangannya seperti pasar judi, lengkap dengan para pedagang yang menjual berbagai macam jajanan dan mainan anak-anak.
Jaman semakin modern, agama islam mulai berkembang, masyarakat mulai faham ilmu agama. Kini hal-hal seperti itu mulai ditinggalkan, masyarakat sudah mulai meninggalkan perbuatan musrik seperti itu.
Kadang saya berfikir, kenapa nenek moyang kita dulu meninggalkan warisan tempat keramat seperti ini? Benarkah tempat ini benar-benar keramat? Lalu, sekarang ke mana perginya para penunggu pohon itu?
Menurut pandangan saya, bisa jadi tempat keramat ini dikeramatkan karena untuk menjaga kelestarian alam. Biasanya masyarakat jawa itu paling takut kalau tempat yang dianggap sakral itu dirusak atau ditebang pohonnya. Sebagai bukti nyata, di tempat keramat itu dan juga sekitarnya banyak sekali sumber mata air. Yang bisa dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Itu tandanya, pohon-pohon yang tumbuh itu sangat bermanfaat untuk menyerap air.
Ini pesan penting untuk generasi muda jaman sekarang. Walaupun danyangan nggedong bukan tempat keramat lagi, kita wajib menjaganya. Untuk menjaga kelestarian alam, agar sumber mata air desa tetap terjaga, dan bisa memberi manfaat untuk kita semua.
Oleh : Satrio Damar Setiadji (nama pena )( Mas Ajo Ganteng )