Selasa, 20 Februari 2024

Terjebak Dalam Lingkaran Kebencian

 










Jaman dulu ada yang namanya gila ABRI, orang yang punya cita-cita ingin menjadi ABRI tapi nggak kesampaian. Lalu orang itu merubah gaya tampilan layaknya seorang tentara. Rambut dipotong cepak, pakai baju loreng lengkap dengan aksesoris berikut pangkatnya. Kemudian jalan petentang petenteng, setiap orang lewat dipalak-palakin, kios-kios toko dipajekin, bahkan ada yang berani nilang kendaraan bermotor.

 
''Namanya juga ABRI gadungan. ABCD (Abri Bukan Cepak Doang).''
 
Semakin lama orang-orang dibuat kesal karena ulahnya. Orang yang punya akal pasti mikir, ‘’Masa iya  ABRI kerjanya malak-malakin orang? Dia kan pengayom dan pelindung rakyat!’’. Akhirnya ABRI gadungan itu dilaporkan dan ditangkap oleh petugas, lalu dihukum sesuai dengan kesalahannya.
 
Kalau jaman sekarang ada yang lebih gila lagi, namanya ‘’Gila Politik’’. Saking fanatiknya terkadang omongannya suka ngawur. Omongan bener dicela, omongan salah dicela, orang ngasih nasehat pun dicelanya juga. Pokoknya apapun yang dilakukan lawan politiknya selalu nampak salah di matanya. Apalagi kalau ada orang yang tidak sependapat dengannya, pasti dianggapnya musuh.
 
‘’Nah, kan! Jadi gila beneran!’’  😃
 
Repot kalau sudah terjebak dalam situasi seperti itu. Soalnya nggak sadar kalau dirinya sudah menjadi pendengki, karena selalu menyalahkan oranglain. Kalau perbuatan baik dan buruk hanya menuruti perasaan diri sendiri dan golongannya akibatnya akan jadi seperti itu, jadi pembenci.
 
Kata Simbahku : ‘’Wong Edan sing mlaku turut ndalan kae ora iso nulari koe Lee, jadi nggak usah takut ketularan. Sing iso nulari kui mung penyakit kebencian, molakne ojo melu-melu jadi pembenci.’’
 
Pertanyaannya, kenapa kita bisa seperti itu? Mari kita bahas bersama-sama.
 
Semua itu berawal dari Sosial media. Seperti WA, Facebook, Twitter, Instagram, dll. Yang memudahkan dan memberi kita kebebasan untuk berexspresi dan berpendapat. Kebebasan berpendapat itu seringkali membuat kita salah arah, sehingga terkadang lupa aturan dan etika, alias komentar sak penake dewe. Banyak diantara kita yang tadinya berteman baik kini menjadi musuh, hanya karena perbedaan politik dan status golongan.
 
Sudah tidak aneh, ketika ada suatu kejadian perkara mendadak banyak sekali orang yang menjadi pakar di Media sosial. Seolah-olah dia yang paling tau, paling mengerti, paling benar, lalu menghakimi dan menyalahkan orang yang tidak sependapat dengan dirinya. Sebentar jadi pakar politik, sejam kemudian jadi ahli hukum, ahli strategi, ahli agama, ahli IT, ahli tata kota, ahli kesehatan, ahli ngurusin hidup orang, ahli ngatur rumah tangga orang, dan sebagainya.
 
Ada 1 pepatah,’’Jangankan Manusia, Ikan pun akan terhindar dari masalah, jika ia mampu menjaga mulutnya.’’
 
Keliatan pinter apa nggak? Ya kagaklah! Kan ga semuanya lu ahli dalam segala bidang! 😂
 
Apalagi jika sudah memasuki masa-masa pilkada atau pemilihan presiden. Media sosial menjadi semakin miskin bahasa, cuma punya 2 kosa kata : Membenci atau dipuji, menghujat atau mendukung, iblis atau malaikat. Yang di sana menertawakan yang di sini, yang di sini menertawakan yang di sana. Yang di sana doyan fitnah, yang di sini balas memfitnah. Masing-masing sibuk mencari-cari kesalahan orang yang dia benci. Begitu seterusnya, sampai kebencian itu tertanam dalam diri masing-masing. Dan tanpa disadari, sesungguhnya manusia sedang membinasakan diri sendiri, dan berubah menjadi SETAN!.
 
Ini Politik, molitiki, dan memang seperti inilah politik. Orang yang saat ini kamu benci bisa jadi 5 tahun yang akan datang sekubu denganmu lalu menjadi temanmu. Begitu juga sebaliknya, orang yang saat ini menjadi temanmu bisa menjadi musuhmu.
 
Nah, kalau sudah begitu kita mau ngomong apa? Ya memang seperti itulah Politik. Kalau otak kita nggak cerdas bisa stress sendiri. Maka dari itu biar otak kita nggak stress kudu memperluas wawasan, banyak belajar, banyak membaca buku, agar buah pemikiran kita semakin cerdas dalam berfikir.
 
Mari kita hilangkan sikap egois kita. Nggak perlu kita saling gontok-gontokan, atau saling menghujat, nggak ada ada manfaatnya, justru malah merugikan diri kita sendiri. Karena ada yang lebih penting dari semua itu, yaitu menjaga pertemanan & kekeluargaan.
 
''Salam Damai Indonesiaku'' 😊 💪
 
- Oleh : Satrio Damar Setiadji
nama pena :
Opini : Coretan Sederhana