Sabtu, 11 Agustus 2018

Kualifikasi Piala Asia U20







Sepakbola adalah tontonan yang saya tunggu-tunggu. Kapan lagi kita bisa besas teriak-teriak bersama teman dan tetangga sekitar. Ya pasti karena ada Sepak Bola.

Pada tahun 1967, otoritas nigeria memutuskan untuk menghentikan perang sipil di nigeria selama 2 hari, karena kedua pihak ingin menyaksikan permainan sepak bola pele di tv. Luar biasa bukan? Ini membuktikan kalau Sepak Bola mampu memberikan perdamaian.

Masih terngiang dalam ingatan saya saat Timnas kita melibas habis Malaysia 1 : 0. Begitu pertandingan usai ribuan suporter kompak menyanyikan lagu perjuangan. Dan mungkin juga sobat netizen yang nonton di rumah juga ikut bernyanyi.

♪ ♫ Indonesia Tanah Air Beta ...
Pusaka abadi nan jaya ...
Indonesia sejak dulu kala ...
Tetap dipuja- puja bangsa. ♪ ♫

♪ ♫ Di sana tempat lahir beta ...
Dibuai dibesarkan bunda
Tempat berlindung di hari tua
Tempat akhir menutup mata ... ♪ ♫ 😫

Sumpah saya merinding mendengar lagu itu, dada saya bergetar, sampai tak terasa menitikkan air mata. Lagu perjuangan itu telah membangkitkan rasa nasionalismeku. Sungguh sangat luar biasa. Dan mungkin anda yang nonton juga merasakan seperti apa yang saya rasakan. Membuat kita yang tadinya bercerai berai kembali bersatu memberikan dukungan, tanpa membeda -bedakan status golongan, suku, agama, kaya dan miskin.

Kenapa sepak bola sangat disukai? Karena olahraga ini murah, bisa dimainkan oleh siapa saja, entah itu orang tua, muda, anak kecil, orang dewasa, lelaki, dan juga perempuan. Hanya bermodalkan bola plastik seharga 5 ribu kita bisa bermain bola bersama teman-teman kita. Hebat bukan!

Masyarakat Indonesia memang butuh hiburan, sudah bosan dengan acara tv nggak jelas yang penuh dengan drama politik dan segala macam persoalan. Kita butuh tontonan yang mendidik, tontonan yang mampu membangkitkan rasa nasionalisme untuk menyatukan kita semua.

- Oleh : Satrio Damar Setiadji ( Mas Ganteng )
Nama pena : Cah Wonogiri








Sabtu, 04 Agustus 2018

Kadung Tresno

Jarene Mbah buyut ‘’Tresno kuwi jalaran soko kulino’’. Kulino sesrawungan, soyo suwe nuwuhake roso tresno. Banjur runtang runtung, ngalor ngidul, gandengan tangan koyo mimi lan mintuno.

Bedo karo kahanan uripku sak iki. Arepo sabendino ketemu nanging aku durung iso ngrasakne opo sing jenenge tresno lan ditresnani. Ibarate koyo wong madang lawue ora cocok. Segone kepekso di emplok nanging ora gelem kolu, banjur diombeni banyu ben kolu segone.

Eeegghh …

‘’Enak tenan, Mbokmu …’’😫😅

Nduwe bojo kudune iso gawe atiku bungah, lha iki malah prengat prengut, penjab penjeb, koyo wong ora reno penggalie. Ditakoni malah nyentak, dikandani reko-reko ora krungu. Senenge yen aku pas gajian thok, bar kuwi kumat meneh.

‘’Dik, wayah magrib ojo nesu-nesu ngono. Ora becik.’’

‘’Karepku to!’’😈

Seko jamane pacaran tekan sak iki dadi bojomu ono wae masalahe. Masalah siji durung rampung teko meneh masalah anyar.

‘’Karepmu jane opo to, Dik? Janjane sliramu kuwi tresno tenanan ora? Kok yo sio-sio tenan karo Kangmasmu.’’😥😥

Dadi wong lanang kurang kepiye aku iki, jam papat esok aku wes tangi. Shalat subuh, bar shalat subuh nggodok banyu. Rampung nggodok banyu tak tinggal metu golek sarapan kanggo sliramu. Bar golek sarapan banjur umbah-umbah ono sumur, ngumbai dastermu karo ngumbai jeroanmu. Umbah-umbah wes rampung aku mangkat lungo adus, bar adus banjur budal mangkat kerjo. Arep pamit sliramu ora iso sebabpe sliramu iseh mlungker angler turu.

‘’Dik, Mas pamit dulu ya? Mas berangkat kerja nggeh?’’ ( sambil ngecup keningmu )😍😘😘

Wes koyo biasane, tekan kantor jam setengah wolu. Biasane aku langsung nggolek sarapan ono kantin. Mesen teh anget karo mesen sotone mbah surip. Ndelalah pas lagi arep nyruput teh anget ujug-ujug hape gsmku muni.

Tulalit …tul …tul …tulaliit …

‘’Wah sopo iki?’’ Bareng tak delok hapeku jebule woro sembodroku.

‘’Hallo Dik. Selamat pagi … udah bangun, ya?’’😍

‘’Maaass …!! Aku tangi turu kangmas wes ora ono! Kangmas mangkat kerjo ora pamitan. Itu cucian durung dijemurin, ya? Wegiaaah ... aku njemuuuriiiii Maaass …!!’’😩

Durung sempet tak jawab telpune wes dipateni.

Tut …tut … tut …

Bar nompo tlp atiku dadi mak gregel. Jian urip pisan kok yo sengsorone koyo ngene, nelongso tenan atiku. Rasane remuk, koyo ditibani beras sekarung. Wes bola-bali tak kandani, aku iki wegah nek dikongkon njemuri klambimu. Isin aku, mosok wong lanang kon njemuri jeroanmu. Aku isin sabendino disindiri karo tonggo kiwo tengen.😳

‘’Mas, rajin banget pagi-pagi udah nyuci. Isterinya ke mana, Mas? Lagi nglahirin, ya? Mau dong nitip cucian?’’

Sak naliko raiku dadi abang mbranang. Nahan isin, nahan anyel, ditambah motoku ngantuk sisan. Awakku dadi mriang, panas dingin, tensi darah naik, endas mumet, dodo gemeter, mungkin iki sing jenenge tanda-tanda gejala struk

‘’Duh Gusti .... paringi kulo kesabaran ...’’ 😥😭😭

- Oleh : 'Satrio Damar Setiadji ( Mas Ajo Ganteng )
(cerpen : gending katresnan ll )

Jumat, 03 Agustus 2018

Mindoni

Mindoni adalah makan kedua setelah makan siang, atau makan kedua pada waktu tengah malam. Bukan karena kelaperan atau kemaruk. Biasanya sehabis makan siang langsung berangkat kerja di ladang/sawah, pulangnya sore jam 3/4 makan lagi

Sudahkan anda mindoni hari ini?

Jangan lupa mindoni, karena nungguin jodoh tiap hari itu juga butuh energi.

#welingku 🤣😝😝

Ketua kelas kita

Kemarin sore aku lihat postingan iklan buku-buku bekas di twitter. Pas aku lihat judul bukunya aku tersenyum, ‘’Ketua kelas kita’' Karya Remy Sylado.  Ini buku bacaanku waktu masih sekolah di madrasah, sudah lama sekali. Waktu itu pinjam bukunya di perpustakaan, sampai aku lulus sekolah lupa ngembaliin.

Sedari sekolah aku ini memang suka sekali membaca, beruntung di sekolah ada perpustakaan. Tiap jam istirahat siang atau jam olahraga aku meluangkan waktuku untuk membaca. Kalau bukunya belum selesai dibaca boleh dipinjam atau dibawa pulang.

Awalnya suka membaca buku bukan karena rajin atau kutu buku. Tapi, karena saran dari Pak guru, ‘’Kamu nggak usah ikut olahraga, nanti Asmamu kambuh. Diperpustakaan saja baca buku’’.

Sedari kecil aku ini menderita Asma, sering kambuh, bengek, mengi, dan sering sakit-sakitan. Banyak sekali pantangan yang harus aku hindari, contohnya seperti olahraga, minum es, dan lain sebagainya.

Semenjak itulah aku menjadi manusia penyendiri, dan buku selalu menjadi sahabat karibku.

Oleh : Satrio Damar Setiadji 
( Mas Ajo Ganteng )





Masih ada kesempatan untuk tumbuh, bahkan di ruang dan posisi yang nyaris mustahil.

#optimis 🙂

Pojok Renungan

Mungkin sampai sekarang kamu masih merasa lelah dan merasa hidup sendirian di dunia ini? Pulang kerja sendiri, naik kendaraan sendiri, buka pintu sendiri, makan sendiri, tidur sendiri, merenung sendiri, dan lain sebagainya.

Coba kamu pikirkan dengan cara lain.

Kamu "bisa" pulang kerja sendiri, ''bisa'' pergi rekreasi sendiri, "bisa" naik kendaraan sendiri, "bisa" buka pintu sendiri, "bisa" makan sendiri, "bisa" tidur sendiri, dan juga "bisa" merenung sendiri. Semuanya dengan mudah bisa kamu lakukan.

Apakah kamu tahu, banyak sekali orang yang tidak bisa melakukannya? Tetapi, kamu bisa melakukannya dengan baik. Mereka yang cacat, tuna rungu, tuna netra, dan lain sebagainya.
Jadi .. bersyukurlah ....

#intropeksi diri

Kamis, 02 Agustus 2018

Burung Misterius

Malam ini, selesai nonton bola lampu kamar aku matikan. Lalu, asik bermain hape menggunakan jaringan internet modem smartfreen yang baru saja dikasih teman. Kuota malamnya lumayan banyak, pikiriku sayang kalau nggak dipakai. 

Belum ada 5 menit online aku mendengar suara burung perkutut dari sebelah kamar kontrakanku.

Klao ke te kung ... klao ke te kung ... klao ke te kung ...

Semenjak Pak Yono miara burung perkutut, setiap malam selalu mencekam. Bagai alarm jam, burung itu selalu bersuara tepat jam 2 malam. Ngeri, aku jadi teringat Mbah Marto beberapa tahun yang lalu. Beliau bilang, suara burung perkutut di malam hari itu pertanda ada makhluk sebangsa lelembut/jin lewat. 

‘’Jangan-jangan ada setan lewat?’’ batinku.

Deg! Seketika dadaku berdegup sangat kencang, bulu kudukku merinding memikirkan itu. Seumur-umur belum pernah melihat setan, bayangin aja takut apalagi melihat langsung. Jangan sampai pokoknya, pokoknya jangan sampai. Mana tadi sore ada tetangga sebelah rumah yang meninggal dunia. Untung jenazahnya langsung di bawa ke kampung halamannya. Coba kalau nguburnya besok, bisa nggak bisa tidur aku semalaman. 

Saat sedang asik melamun, tiba-tiba di pojokan kamarku melintas bayangan putih berkelebat. Suaranya terdengar sayup lirih seperti orang yang sedang bersenandung. Saat aku menoleh aku kaget setengah mati.

‘’Ya Allah … Ya Tuhanku!!” sesaat jantungku serasa berhenti karena kaget.

Ini pemandangan yang paling mengerikan seumur hidupku. Seorang wanita berpakaian putih duduk membelakangiku tepat di samping aku berbaring. Dia sedang menyisir rambutnya yang panjang sambil terus bersenandung, seolah-olah dia tidak menyadari keberadaanku. Seketika itu juga badanku gemetar hebat, terasa kaku dan sangat sulit untuk aku gerakkan.

‘’Tolooooong !!’’ jeritku tertahan.

Tiba-tiba, dia berhenti menyisir rambutnya yang hitam dan panjang itu. Sepertinya dia sadar kalau aku sedang memperhatikannya. Perlahan-lahan sosok wanita itu bergerak dan menuju ke arahku, membuatku sangat kaget dan sangat ketakutan. Wajahnya benar-benar hancur mengerikan, matanya merah menatap tajam ke arahku, mulutnya yang penuh darah itu memanggilku lirih.

‘’Baaang ...baaang ....?’’

Aku membaca do'a-do'a yang aku bisa. Saat membaca do’a, makhluk mengerikan itu menatapku sangat tajam seperti hendak menerkamku. Dan Jujur, saat ini aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya bisa pasrah melihat penampakan mistis ini di hadapanku ini.

Makhluk mengerikan itu tertawa kecil, matanya memandang tajam ke arah layar Hp yang masih aku pegang. Lalu, mulutnya menyeringai memanggil namaku berulang kali.

‘’Baaang ... Bang Satrio....? Bang ...!!’’

‘’Iy ... iy ... iya ..!!’’ jawabku terbata-bata.

‘’Minta ‘’HOT SPOTnya Bang’’, aku nggak punya kuota Bang! Kasiani aku Bang!’’

Oleh : Satrio damar Setiadji 
( Mas Ajo Ganteng )

Senin, 30 Juli 2018

Danyangan Nggedong























Danyangan dalam budaya Jawa adalah tempat atau rumah roh halus penunggu pohon, gunung, sumber mata air, dan lain sebagainya. Para danyang diyakini masyarakat tidak mengganggu ataupun menyakiti, melainkan melindungi. Sesepuh desa pun meyakini, penunggu danyang adalah roh para leluhur yang sudah meninggal.
Jaman dulu tempat keramat ini dipakai untuk membuang sesaji. Setiap ada acara Rasulan, sunatan, orang mau nikah, atau ada keperluan lainnya pasti terlebih dahulu datang ke sini untuk meminta izin pada penunggu pohon. Dengan memakai perantara juru kunci desa.
Juru kunci biasanya membawa panjang ilang, wadah tempat sajen yang terbuat dari janur kelapa. Isinya kemenyan, kembang setaman, minyak wangi, jadah, uang, telor, dan berbagai macam jajanan pasar. Lalu sang juru kunci itu membakar dupa kemenyan sambil komat kamit membaca mantera.
Lucunya, begitu melihat juru kunci membawa panjang ilang, aku dan teman-temanku langsung mengikutinya dari belakang. Lalu sembunyi di belakang pohon besar, menunggu sampai ritualnya selesai. Begitu ritualnya selesai panjang ilang itu menjadi rebutan, seru sekali. Biasanya yang diincer uangnya.
Masyarakat dan juga sesepuh desa menganggap tempat keramat itu bagian terpenting dalam kehidupan sehari-hari. Karena dianggap sebagai pengayom atau pelindung dari marabahaya. Maka dari itu orang-orang desa tidak ada yang berani melanggar, karena akibatnya bisa menjadi celaka.
Dulu setiap mau Rasulan tempat keramat ini dibersihkan. Setelah bersih dipakai arena judi sabung ayam, dadu, dan lain sebagainya. Ramai sekali, pemandangannya seperti pasar judi, lengkap dengan para pedagang yang menjual berbagai macam jajanan dan mainan anak-anak.
Jaman semakin modern, agama islam mulai berkembang, masyarakat mulai faham ilmu agama. Kini hal-hal seperti itu mulai ditinggalkan, masyarakat sudah mulai meninggalkan perbuatan musrik seperti itu.
Kadang saya berfikir, kenapa nenek moyang kita dulu meninggalkan warisan tempat keramat seperti ini? Benarkah tempat ini benar-benar keramat? Lalu, sekarang ke mana perginya para penunggu pohon itu?
Menurut pandangan saya, bisa jadi tempat keramat ini dikeramatkan karena untuk menjaga kelestarian alam. Biasanya masyarakat jawa itu paling takut kalau tempat yang dianggap sakral itu dirusak atau ditebang pohonnya. Sebagai bukti nyata, di tempat keramat itu dan juga sekitarnya banyak sekali sumber mata air. Yang bisa dimanfaatkan penduduk untuk kebutuhan sehari-hari. Itu tandanya, pohon-pohon yang tumbuh itu sangat bermanfaat untuk menyerap air.
Ini pesan penting untuk generasi muda jaman sekarang. Walaupun danyangan nggedong bukan tempat keramat lagi, kita wajib menjaganya. Untuk menjaga kelestarian alam, agar sumber mata air desa tetap terjaga, dan bisa memberi manfaat untuk kita semua.
Oleh : Satrio Damar Setiadji (nama pena )( Mas Ajo Ganteng )

Sabtu, 13 Januari 2018

Coffe Pagi

















Sosial media memberi kita kebebasan untuk berexspresi dan berpendapat. Karena sosial media juga kita bisa menjadi sosok yang kreatif, cerdas, dan bisa menginspirasi oranglain. Namun, tidak sedikit yang memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi dan golongannya. Kebebasan berpendapat itu seringkali membuat kita salah arah. Banyak diantara kita yang tadinya berteman baik kini menjadi musuh, hanya karena perbedaan dan status golongan.
Sudah tidak aneh, ketika ada suatu kejadian perkara mendadak banyak sekali orang yang menjadi pakar di Sosial Media. Seolah-olah dia yang paling tau, paling mengerti, paling benar, lalu menghakimi dan menyalahkan orang yang tidak sependapat dengan dirinya.
''Orang yang tidak suka makan udang jangan dipaksa makan udang, nanti alerginya kambuh. Artinya kita tidak boleh memaksakan kehendak oranglain untuk mengikuti kemauanmu''
Dulu kalau ada orang yang bersalah dinasehati, dimengertikan, agar yang bersalah lekas taubat ,sadar, lalu memperbaiki kesalahannya. Sekarang kalau ada yang bersalah malah dikucilkan, dicaci maki ditempat umum, dipermalukan, diboikot, dimusuhi, dan tidak sedikit yang dilaporkan ke polisi
Apalagi jika sudah memasuki masa-masa pilkada atau pemilihan presiden. Media sosial menjadi semakin miskin bahasa, cuma punya 2 kosa kata : Membenci atau dipuji, menghujat atau mendukung, iblis atau malaikat.
''Yang di sana menertawakan yang di sini, yang di sini menertawakan yang di sana. Yang di sana doyan fitnah, yang di sini balas memfitnah. Begitu seterusnya, sampai kebencian itu tertanam dalam diri masing-masing. Dan akhirnya masing-masing menjadi setan.''
Tanpa disadari sesungguhnya manusia sedang membinasakan diri sendiri. Orang menjadi gampang tersulut amarah dan mudah tersinggung gara-gara masalah sepele. Rasa empati, toleransi antar umat beragama, dan welas asih itu sepertinya perlahan-lahan mulai menghilang dari Negeri kita tercinta ini.
Dan ketika hati nurani itu hilang
Ketika itulah negara besar itu akan hancur
Manusia diciptakan secara berbeda-beda, tidak mungkin kita menyembah Tuhan dengan cara yang sama, pasti berbeda pula. Ini menandakan bahwa keragaman agama itu dimaksudkan untuk menguji kita semua. Menguji agar seberapa banyak kita bisa berkontribusi untuk kebaikan umat manusia dan kemanusiaan.
Percayalah, mumpung kita masih dikasih banyak kesempatan untuk berubah, merubah hidup yang lebih baik dan berkwalitas. Yang beragama Islam, silahkan pergi ke Masjid. Yang beragama Kristen/katolik, silahkan pergi ke Gereja. Yang beragama hindu/budha, silahkan pergi ke wihara/pura. Beribadah menurut kepercayaan masing-masing. Saya yakin agama tidak mengajarkan keburukan, karena yang mengajarkan keburukan itu bukanlah agama. Mari kita saling hormat dan menghormati, tidak perlu mengkafir-kafirkan, apa yang diyakini akan menjadi bekal masing-masing kelak di hadapan Tuhan.
Mari kita didik anak-anak kita, adik-adik kita dengan akhlaq yang mulia. kita tanamkan nilai-nilai agama untuk membentengi diri mereka, agar menjadi pribadi yang baik dan berani untuk bertanggung jawab. Jangan sampai generasi kita nanti semakin parah dan semakin tidak terkontrol. Lalu terjerumus ke hal-hal yang negative, narkoba,tawuran, free sexs, dan lain sebagainya.
Sudah saatnya generasi kita berubah untuk maju, agar Negara kita tercinta ini menjadi negara yang hebat, disegani, dihormati, dibanggakan, dan tidak selalu dikecilkan oleh Negara lain. Kita ini sudah ketinggalan jauh dari negara lain. Mereka sudah bisa pergi ke luar angkasa, sudah pintar membuat alat-alat canggih untuk kepentingan manusia. Dan kita di sini masih saja ribut! Berkelahi! Saling menghina dan saling mencela.
Mari kita merenung dan INTROPEKSI DIRI. Bersatu dan berkarya, saling bahu membahu, bergotong-royong, dan saling tolong menolong dalam kebaikan. Demi terciptanya negara INDONESIA yang damai, adil, makmur, dan sejahtera.
Oleh : Satrio Damar Setiadji