Kamis, 14 Januari 2016

Menanggapi Munculnya Aliran Baru Yang Dianggap Meresahkan Masyarakat.

Akhir-akhir ini banyak umat muslim yang merasa resah dengan munculnya aliran-aliran baru yang dianggap melenceng dari ajaran agama.  Masyarakat dibuat heboh dengan banyaknya orang hilang, yang dicurigai terkena doktrin ikut aliran sesat tersebut.

Masih terngiang dalam ingatan kita, kala itu muncul aliran baru dengan nama Ahmadiyah.  Umat muslim dibuat gempar, dimana-mana terjadi protest unjuk rasa.  Karena ajaran sesat itu sudah menyebar hampir di seluruh pelosok  Indonesia. 

Tapi, apa yang terjadi selanjutnya? Aliran itu hilang dengan sendirinya, tenggelam bagai ditelan bumi.  Sebagai umat muslim saya selalu percaya, apa pun yang tidak ada dasarnya atau sumbernya umurnya tidak akan langgeng. 

Alhamdulillah …  kita sebagai umat Muslim punya pegangan kuat yaitu kitab suci Al Qur’an.  Kalau kita mau mempelajari apa yang terkandung di dalamnya,  Insha Alloh kita tidak akan tersesat oleh ajaran yang menurut kita menyimpang dari ajaran agama. Karena lemahnya Iman,  kita ini mudah tersesat, mudah terombang ambing, sehingga dengan mudahnya menerima ajaran baru. 

Ini tugas para pendakwah untuk menyampaikan kebenaran dan mengajarkan Ilmu Agama. Karena di tangan para pendakwahlah Agama yang mulia ini akan tetap langgeng di dunia ini. 

Namun yang sering kita jumpai di kehidupan sehari-hari justru sebaliknya., umat muslim mulai malas belajar mempelajari ilmu agama.  Agama seolah-olah dianggap sebuah lelucon semata, tanpa sadar kalau semua itu justru melalaikan kita.  Umat muslim lebih menyukai ceramah yang isinya humor ketawa-ketiwi, ketimbang pengajian  serius yang mempelajari tafsir Al Qur'an. Alasanya, ceramahnya bikin ngantuk, nggak menarik dan lain sebagainya.  Pulang dari tablig bukan ilmu agama yang didapat tapi lelucon yang diingat. 

Sebagai contoh kecil, ''Mubalighke lucune pol tenan!  Ngasi kuaku wetengku lehku ngguyu.  Mubalighnya lucu banget, sampai kaku perutku karena ketawa.’’

 Rosululloh SAW bersabda: “Janganlah kalian banyak tertawa karena banyak tertawa akan mematikan hati” (HR At-Tarmizi)

Untuk itulah , semaksimalnya kita serius dalam mempelajari ilmu agama. Agar kita faham dan mengerti tuntunan, sehingga kita tidak mudah  terombang ambing dan gampang terbujuk oleh aliran yang menyimpang dari ajaran agama.

Kalau kita cermati, aliran yang baru muncul sekarang ini rata-rata pengikutnya kaum intelektual semua. Agak mengherankan memang, orang pinter kenapa malah jadi keblinger, gampang terbujuk oleh aliran yang tidak jelas sumbernya dari mana.  

Sebagai orang yang cerdas harusnya pandai menggunakan akal dan mampu berfikir lebih hebat.  Ikut organisasi itu tujuannya untuk apa? Anggotanya siapa saja?  Kenapa harus sembunyi-sembunyi? Kenapa tidak diumumkan secara luas agar semua orang tau? Intinya,kenapa harus takut bila yang dikerjakan itu benar!.

Pertanyaannya : Orang cerdas kenapa bisa keblinger? 

 Bisa jadi sedari kecil yang diprioritaskan cuma pendidikan sekolah saja. Les matematika, les bahasa inggris, dan sebagainya. Hanya ilmu yang bersifat keduniawian untuk mengejar materi semata, sedangkan bekal ilmu agama tidak pernah dipelajari. 

Rumah yang kokoh dimulai dari membuat pondasi dulu. Begitu juga dengan  seorang anak, sedari kecil kita tanamkan Ilmu agama, sehingga iman bisa melekat kuat di dalam hati. 

‘’Sobat Muslim yang terhormat yang dirahmati Alloh swt.’’

Mari kita semua saling menasehati, dan saling mengingatkan dalam kebaikan.  Saya percaya, semua itu ada atas kehendak Alloh untuk menguji  sejauh mana iman kita.

Munculkan yang haq, agar yang batil-batil hilang dari negeri kita tercinta ini. Bagaimana caranya :  Caranya dengan memperbanyak Ibadah, mempelajari Al qur’an  dan hadits dengan sungguh-sungguh. Setelah faham dan mengerti terapkan dalam kehidupan sehari-hari, amalkan, lalu ajarkan pada keluarga kita, pada saudara muslim yang lain yang belum mengerti. Al qur’an adalah petunjuk jalan kebenaran, furqon …  pembeda antara yang haq dan yang batil.  ‘’Wallahu A'lam bis-shawaab.’’

- Oleh : Satrio Damar Setiadji

Tidak ada komentar:

Posting Komentar