Minggu, 17 April 2016

Pojok Renungan

Hidup di dunia ini ibaratnya seperti mampir ngombe, sebentar saja. Apa yang kita miliki saat ini kelak akan diambil kembali.

Malam kita tidur, bangun pagi, kerja, gajian, duit habis, begitu saja seterusnya. Iya klo kita rajin Ibadah., bagaimana kalau lupa atau tidak mau menjalankan Ibadah? Padahal uang yang kita cari setiap hari itu titipan dari Allah, pemberian dari Allah. Sanggup tidak kita menjaga titipannya? Sudah berterima kasihkah kita? Atau kita lupa bagaimana caranya berterima kasih?

Kita contoh tukang parkir.

Meskipun dia diberi tanggung jawab menjaga banyak mobil atau motor tapi dia tidak bisa memiliki dan hanya bisa menjaga. Karena, dia tau itu bukan haknya. Dia menjaga betul-betul agar mobil itu aman di tempat parkir.

Bila mobil atau motor itu rusak yang titip pasti marah. Apalagi kalau sampai hilang, sudah pasti yang punya marah sekali.

Begitu juga kita hidup di dunia ini. Apa kita miliki semuanya milik Allah, sanggup tidak kita menjaga titipannya? Digunakan untuk kebaikan atau untuk keburukan? Ikhlas tidak kita bersedekah? Ikhlas tidak kita membantu sesama?

''Kalau nggak bisa yang punya harta pasti ... marah!!''

Kita dititipin anak dan isteri. Kita bisa menjaga mereka atau tidak? Sudah memberikan kasih sayang apa belum? Sudah membahagiakan mereka apa belum? Sudah mengajarkan agama dan suri tauladan yang baik apa belum?

''Kalau tidak bisa menjaga yang punya pasti ... marah!''

Dititipin wajah yang cantik dan paras yang elok. Sudah menjaga aurat apa belum? Sudah menjaga kehormatan apa belum? Sudah menjadi Isteri yang baik dan sholehah apa belum?

''Kalau nggak bisa menjaga titipan yang punya pasti ... marah!''

Kita dititipin kaki, tangan, mulut, juga telinga. Digunakan untuk apa? Untuk berbuat jahat, untuk berbuat baik, atau malah untuk berbuat maksiat? Mulut kita digunakan untuk berkata baik apa kotor?

''Kalau nggak bisa menjaga titipan yang punya pasti ... marah!''

''Sobat Muslim yang terhormat yang dirahmati Allah swt.''

Setiap dari kita ini adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungan jawab di akhirat kelak. Yang menjadi presiden, kudu bisa memimpin rakyatnya. Yang menjadi gubernur, kudu bisa memimpin wilayahnya. Yang menjadi bupati, kudu bisa memimpin daerahnya. Yang menjadi lurah, kudu bisa memimpin warga desanya. Yang menjadi imam, kudu bisa memimpin makmumnya. Yang pemuda pemudi kudu bisa memimpin dirinya sendiri. Yang menjadi suami, kudu bisa memimpin keluarganya. Begitu juga yang menjadi isteri, kudu bisa memimpin putra dan putrinya.

Allah Swt berfirman, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS AT Tahrim : 6)

Hidup di dunia ini hanyalah sementara, hanya sesaat, dan hanya sekedar mampir ngombe. Maka dari itu, mari kita perbanyak melakukan Ibadah. Kita perbanyak berbuat kebajikan, untuk bekal kita kelak di kehidupan yang tiada akhirnya, yaitu Akhirat.

Apa yang kita miliki saat ini kelak akan diambil kembali, tidak ada artinya apa-apa bila ajal sudah menjemput kita.Jadi, kita kudu ikhlas. Jadikan niat Ibadah kita semata-mata hanya mencari keridhaan Allah.

Maka dari itu, mari kita perbanyak berbuat kebajikan di jalan Allah, dengan menanamkan nilai-nilai keimanan pada keluarga kita. Agar kita bisa menjadi pemimpin yang bisa menyelamatkan keluarga yang kita cintai, untuk keselamatan hidup di dunia dan akhirat. ‘’Wallahualam bi shawab.’’

#intropeksi_diri
#Remaja_Muslim
#Kajian_islam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar