Rabu, 17 Desember 2014

Sahabat

Aku ingat pada masa kita kecil dulu, pada masa yang tlah lama sekali berlalu. Aku dan dirimu bercanda di bawah rintik hujan, menari bersama gemiriciknya air, berkejaran di atas rumput-rumput ilalang, berlarian kesana kemari menjemput arah mata angin.

Lalu kita main perang-perangan di atas petakan sawah, sawah yang baru ditanami itu menjadi ajang pertempuran. Tanah lempung lembek dibikin bulat-bulat seakan sebuah granat menjadi senjata andalan kami.

Pertempuran semakin sengit, kita berdua saling melempar granat tanah, saling bercanda, tidak ada yang mau kalah dan aku pun juga tidak mau mengalah. Belum sempat aku menghindar, sebuah granat melayang layang ke arahku. Dan …

“Ceprooot …

“Aaaa …!!’’ teriakku pura pura kesakitan sambil meringis ringis memegang dada.

Tubuh mungilku terkapar seolah-olah terkena lemparan granat temanku. Temanku tertawa riang penuh kemenangan dan mengejekku dari kejauhan

Kaget bukan kepalang, dari kejauhan tampak pak tani pemilik sawah itu mengacung acungkan kayu kecil, mengusir kami supaya jangan menginjak injak sawahnya. Kami berdua pun lari tunggang langgang, kocar kacir tak tentu arah.

''Nakal memang, sangatlah nakal. Tapi, itulah kebersamaan kami.''

Sahabat, selamanya akan tetap menjadi sahabat. Tetap abadi meski semuanya hanya tinggal kenangan.

- Oleh : Satrio si Juragan kodhok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar