Nama asli: Satrio damar setiadji
Nama pena: juragan kodhok
Judul : Gadis Cantik
Itu Ternyata Jodohku
Aku
mengenalnya 4 Tahun yang lalu, saat aku sedang ngamen di sebuah kafe di kawasan
kemang Jakarta selatan. Saat itu pengunjung kafe sangat ramai, karena malam itu
khusus menyajikan musik clasic rock 80an. Tiba-tiba seorang pelayan kafe datang
menghampiriku dan membisikkan sesuatu ketelingaku.
‘’Mas, gadis
yang duduk di ujung sana itu minta request lagu. Tolong, ya?’’ ujar si pelayan
kafe itu sambil menyerahkan secarik kertas putih.
Sekilas aku
lihat gadis itu, dia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahku. Lalu, aku
baca coretan tangan itu.
‘’Aku
request lagunya Queen 'Love of my life' ya, Mas?’’
Kemudian, aku
naik ke atas panggung kecil itu, panggung mini ukuran 4x4 meter itu tempatku
mencari rezeki sekaligus menyalurkan hobbyku. Dan seperti biasa, sebelum aku
beraksi aku selalu menyapa pengunjung terlebih dahulu.
''Selamat
malam Jakarta, selamat menikmati sajian musik dari kami. Salam Rock n Roll!''
♪ ♫ Love of my
life,
you hurt me,
you broken
my heart,
now you
leave me ♪ ♫
♪ ♫ Love of my
life can't you see,
Bring it
back bring it back,
Don't take
it away from me,
Because you
don't know what it means to me ♪ ♫
Alunan lagu
merdu mendayu-dayu dan suara denting gitar ibanezku semakin menghangatkankan
suasana malam di kafe itu. Semua pengunjung seakan terbuai, dan sangat
menikmati alunan lagu indah karya grup band legendaris asal inggris itu. Nada
melody indah itu seakan memaksa pengunjung untuk ikut larut dan menyanyikan
lagu indah itu sambil melambai-lambaikan tanganya.
♪ ♫ Love of my
life,
Love of my
life ♪ ♫
Tepuk tangan
pengunjung kafe riuh terdengar, mengakhiri penampilan pertamaku malam itu. Aku
sangat puas dengan penampilanku malam itu, aku bisa memberikan hiburan untuk
mereka.
Setelah
selesai menyanyikan beberapa buah lagu, aku segera beranjak keluar menuju ke
tempat duduk yang berada di luar kafe, tempat biasa aku melepaskan lelah sambil
menikmati secangkir coffe. Saat aku sedang duduk sendirian, seorang gadis
cantik datang menghampiriku dan langsung mengulurkan tangannya untuk
memperkenalkan diri.
‘’Saya
Putri, Mas. salam kenal, ya.’’ ujar gadis itu lalu duduk di sampingku.
Kemudian,
gadis cantik itu cerita panjang lebar tentang lagu yang aku nyanyikan tadi.
Katanya, dia sangat menyukai lagu itu, lagu itu mengingatkan dia pada
kekasihnya yang kini telah tiada. Penyakit paru-paru menggerogoti tubuh
kekasihnya, membuat kekasihnya itu nekat bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya.
Malam ini tepat hari Ulang Tahunnya, ia sengaja datang ke sini karena di kafe
inilah tempat ia bertemu dengan kekasihnya itu.
‘’Maas …
Tiba-tiba
gadis cantik itu menangis sesenggukan di sampingku tanpa ada sepatah kata pun
terucap dari bibirnya. Sepertinya, kejadian itu membuatnya sangat sedih dan
sangat kehilangan.
Sejenak, aku
pandangi wajah gadis cantik itu.
‘’Aah …,
cantik sekali gadis ini.’’ ujarku dalam hati mengagumi kecantikan gadis itu.
Hatiku
berdesir melihat kecantikan gadis itu. Hidungnya yang mancung, alisnya yang
lebat, rambutnya yang hitam terurai panjang, dan bibirnya yang manis itu
semakin membuatku salah tingkah.
‘’Aah, andai
saja dia bisa menjadi kekasihku.’’ ujarku dalam hati, kembali mengagumi
kecantikan gadis itu.
Perlahan-lahan
aku pegang tangannya, lalu aku mencoba untuk menenangkannya.
‘’Putri.
Rasa pahit itu memang tidak enak, tapi sering sekali kita butuh rasa pahit
untuk menjadi lebih sehat. Barang kali demikian juga dengan kehidupan, ada
kalanya rasa pahit itu harus menjadi bagian atau proses untuk menjadi lebih
baik.’’
‘’Iya,
Mas.’’ jawab gadis itu, suaranya lirih terdengar.
‘’Kadangkala,
kita perlu menjadi manusia pelupa. Lupa pada siapa yang menyakiti kita, lupa
pada siapa yang membenci kita, dan juga lupa pada siapa yang meninggalkan kita.
Agar kita tidak bersedih dan mampu meneruskan perjalanan ini, tanpa harus
berhenti karena mengingat sesuatu yang buruk.’’
‘’Iya,
Mas.’’ jawab gadis itu semakin menundukkan kepalannya, matanya terlihat sembab
seperti hendak menangis.
‘’Boleh saja
kita mengenang semua kenangan manis yang kita alami, tapi jangan takut
menciptakan kenangan-kenangan baru. Hidupku juga penuh dengan kepahitan tetapi
selalu ada kenangan manis dalam hidup ini. Karena, aku meramu kepahitan hidup
menjadi hal yang menyegarkan. Jika kamu menerima sebutir jeruk asam, jangan
buang jeruk itu, tapi buatlah es jeruk, maka akan menjadi minuman yang sangat
segar, dan menyegarkan panasnya perjuangan hidup ini.’’
Tiba-tiba
gadis cantik itu mencium pipiku, lalu memelukku dengan sangat erat.
‘‘Terima
kasih, Mas. Hatiku lega sekarang.’’
Kemudian,
aku antar gadis cantik itu pulang ke rumahnya dengan vespa bututku. Di
sepanjang jalan dia nampak ceria sekali, sepertinya gadis cantik itu telah menemukan
keceriaannya kembali.
Setelah
pertemuan malam itu, aku dan dia menjadi semakin akrab, setiap ada waktu luang
aku selalu mengajaknya pergi ke tempat-tempat yang aku sukai. Pergi ke ancol,
kota tua, beli buku loakan di Jatinegara, atau sekedar keliling kota Jakarta
dengan menaiki vespa bututku.
Waktu
berjalan dengan cepatnya. Kini, aku dan dia telah menjadi sepasang kekasih yang
tidak bisa terpisahkan.Semakin lama cinta itu semakin tumbuh dan bersemi, tali
asmara itu telah terajut dengan sangat erat. Hingga pada suatu hari, dengan
sangat percaya diri aku memberanikan diri untuk melamarnya.
''Dek Putri,
maukah engkau menjadi isteriku?''
Putri diam
saja tidak menjawab pertanyaanku, gadis cantik itu memandang mataku
lekat-lekat, lama sekali kekasih pujaanku itu menatap wajahku. Lalu, dia
tersenyum malu-malu kemudian menganggukkan kepalanya.
‘’Alhamdulilah
ya Alloh ....’’
Saat itu
hatiku rasanya sangat bahagia, mungkin inilah jodoh yang dikirimkan Tuhan
untukku. Saatnya untuk mengucap syukur kepadaMU ya Alloh atas karunia yang
telah engKAU berikan pada hamba.
Kini, gadis
cantik pujaan hatiku itu telah menjadi isteriku dan aku sangat bangga bisa
mempersuntingnya, dan bisa dibilang aku ini adalah laki-laki beruntung yang
bisa menambatkan hati padanya.
Tapi, ada
sifat yang tidak aku sukai dari isteriku, sikapnya terkadang lembut, terkadang
marah, manja atau terkadang malah suka ngambek tidak jelas.
Waktu masih
pacaran kalau lagi marahan gampang, paling cuma nggak telpon-telponan lalu stop
ketemuan. Terus, biar dia nggak ngambek aku bawain makanan yang dia sukai. Aku
beliin chiki, kuaci, cilok, opak, rujak bebek atau aku bawain combro buatan
emak.
Tapi, kalau
sudah menikah mau marahan gimana, tidurnya saja satu ranjang, di rumah juga
ketemu terus. Jadi lucu kalau pas tidur, muka hadap-hadapan, tampang sama-sama
cemberut, alis mengkerut, bibir manyun , wajah siap tempur, nafas kembang
kempis karena nahan emosi dan selalu jaga jarak.
‘’Huft ...,
Nasipku jadi kayak truk gandeng saja.’’
Pokoknya
nggak boleh kesenggol dikit, karena akibatnya bisa fatal. Kena senggol dikit
langsung kena tabok, kena senggol banyak langsung di ketok pakai centong .
Di tengah
kasur dikasih sekat pembatas guling, bantal, lemari, kulkas, gerbong kereta
atau terkadang malah pakai kawat berduri, sekalian di bawah kasur itu
dipasangin ranjau, biar aman maksudnya.
‘’Huft,
Sampai segitunya kamu, dek.’’
Gencatan
senjata pun dimulai, bangun tidur pagi-pagi sekali isteriku sudah nggak ada
disampingku. Kemudian, mataku celingak-celinguk nyariin isteriku, tengok kiri,
tengok kanan, tengok kolong tempat tidur, dalam laci, di bawah bantal, tapi
nggak ada juga keberadaanya.
‘’kemana
dia? Kemana perginya isteriku?’’ tanyaku dalam hati
Lalu, aku
pergi ke dapur, niatnya mau mengambil air minum tapi pas sampai di dapur
ternyata Aqua galonnya habis. Kemudian, mataku kembali celingak-celinguk nyari
sesuatu, biasanya setiap pagi isteriku selalu nyediain aku sarapan. Tapi, pas
aku buka tudung nasinya mendadak aku jadi kaget…
‘’Badhalaaa
...!’’ ternyata di bawah tudung nasi itu ada sendal jepit bututku .
‘’Hiks, tega
nian dikau honey ..., tega nian dikau padaku …!!’’
lalu…
'' Wah,
apaan, nih?’’
Aku lihat di
bawah piring itu terselip selembar kertas putih.
‘’Baca dulu,
ah. Mungkin ini pesan dari bu menteri.’’ ujarku dalam hati sambil membaca
coretan kertas putih itu.
‘’Gas habis,
Mas. Tabungnya sudah adik loakin. Kalau mau makan atau minum beli sendiri, dan
jangan cari aku. Tapi, kalau Mas kangen, Adek di rumah Emak.’’
ttd :
‘’Si manis
demplon selalu untukmu selamanya.’’
Mendadak,
saat itu juga hatiku rasanya sedih banget, hancur sudah semua harapan yang
selama ini aku banggakan. Aku merasa sangat kehilangan isteriku, kejadian ini
sungguh tidak pernah aku duga, padahal kemaren sore isteriku masih mesra
banget.
‘’Ehmm ...,
Mas ganteng banget hari ini, jalan-jalan yuk, Mas? terus kita duduk berdua di
taman sambil ngemil makan kuaci, Mas yang ngupas Adek yang makan.’’
Tapi, kenapa
sekarang jadi begini, isteriku jadi ngambek beneran.
‘’Maunya
apa, sih?’’ gerutuku dalam hati.
Gara-garanya
pas aku pulang kerja aku langsung mandi, lagi asik mandi tiba-tiba hpku bunyi.
‘’Ting tong
... ternyata ada sms masuk, suaranya nyaring banget.
Bu menteri
pun langsung sidak dadakan, itu hp disamber lalu dibacanya. isi inboknya begini
…
“Aku tunggu
di tempat biasa ya, Bang? Bayarnya dilunasin sekalian, ya?’’
Dari :
;’’MARKONAH
BOHAY.’’
Saking
kesalnya, itu hape kreditan langsung dibanting Isteriku.
‘’Bruaaakk …
Itu hape
jadi pecah berkeping-keping hancur berantakan, tinggal sim cardnya yang masih
tersisa.
‘’Huft.’’
Cewek kalau
lagi emosi susah banget ngatasinnya, padahal sudah aku jelasin baik-baik, tetap
saja dia nggak percaya, malah nyerocos saja persis seperti tukang jamu. Padahal
si ‘'MARKONAH BOHAY'’ itu tukang kredit langgananku, aku ditagih terus soalnya
kredit panci + kredit daster isteriku belum aku lunasin.
‘’Huft ...
Apes nian
nasibku, gara-gara masalah sepele rumah tanggaku jadi berantakan begini. Tapi,
namanya lelaki sejati, aku harus siap dan berani selesaikan masalahku ini
sendiri, aku nggak mau masalahku ini sampai berlarut-larut.
Sore itu,
sepulang dari kerja aku langsung pergi mandi, habis mandi aku dandan serapi
mungkin, soalnya sore ini aku mau jemput isteri di rumah mertuaku, aku mau
baik-baikin isteriku, repot kalau isteriku ngambek terus.
Biar
isteriku nggak ngambek aku bawain oleh-oleh kesukaan dia. Ada martabak,
onde-onde, dodol garut, jagung rebus, sego tiwul, ceplus, pilus, kue geplak,
tempe bongkrek, sampai arem-arem aku bawain juga untuk isteriku.
Biar makin
komplit aku bawa sekalian si ‘MARKONAH BOHAY ‘ emak-emak tukang kredit itu,
biar emak-emak itu bisa jelasin semua masalahnya. Sekalian aku mau kredit lagi
‘daster’ motif blorok blentong-blentong 10 stel, biar isteriku langsung
klepek-klepek.
Kemudian,
aku nyalakan mesin vespa bututku dan langsung berangkat pergi kesana.
‘’Breeemm …,
brembem ..., brembem …
Vespa
bututku pun melaju menembus keramaian jalan raya demi mencari cinta sejati yang
hilang. Sesampainya di sana di rumah mertuaku, aku lihat isteriku duduk
sendirian di pojokan sofa, raut mukanya terlihat cemberut siap tempur.
‘’Adek …,
Mas datang, nih? Lihat nih mas bawa makanan kesukaanmu.’’ ujarku sambil
menyodorkan bungkusan kue.
tapi,
isteriku tetap diam saja tidak memperdulikan kehadiranku.
Akhirnya,
aku jelasin semuanya dari a sampai z, emak-emak tukang kredit itu pun ikut
jelasin, biar masalah ini cepat selesai. Tapi, isteriku tetap cuek dan tetap
diam saja, dia malah asik sendiri ngliatin kecoak telentang yang nggak bisa
bangun-bangun.
‘’Ya
sudahlah …, Kalau Adek masih marah lanjutin saja. Mas mau merokok di luar.’’
Lalu, aku
keluar dari ruangan itu, kemudian duduk di teras rumah mertuaku. Tidak lupa aku
selipkan ongkos pulang untuk emak-emak tukang kredit itu, biar emak-emak itu
cepat pulang naik taksi atau ojek. Selesai merokok aku masuk lagi ke dalam
rumah mertuaku, aku lihat isteriku masih tetap diam, cuma bedanya bibirnya
sudah kelimis berminyak, lalu aKu lirik bungkus martabak itu
‘’Haah …!
tinggal separo …! cepat bangeet ...!’’ ujarku dalam hati.
Tapi, aku
tetap pura-pura diam takut isteriku marah. Tiba-tiba…
‘’Maaasss …,
Adek cayang, Mas ... Maafin Adek, yaa ...’’
Aku langsung
dapat pelukan mesra dari isteriku, erat banget pelukanya, terasa hangat dalam
dekapanku
Kemudian,
aku ajak isteriku pulang ke rumah, pulang ke rumah impianku, rumah impian dunia
khayalku, rumah idaman kita berdua. Lalu, aku nyalakan kembali mesin vespa
bututku dan langsung berangkat pulang.
‘’Breeemm …,
brembem ..., brembem …
Kini ,
hilanglah rasa sedihku, terganti dengan rasa cinta penuh kasih. Pelukan mesra
isteriku membuatku semakin yakin dialah isteri idamanku ’I love u honey’.
-Salam
santun saya ‘’Satrio” si juragan kodhok