Rabu, 07 Mei 2014

Indonesia Tanah Airku


 
 Mulai Tahun 1998 indonesia krisis moneter, dilanjut lagi krisis bahan bakar, yang punya kendaraan pada kebingungan terutama rakyat menengah ke atas. Bensin harganya semakin tinggi, rakyat dan mahasiswa serentak demo meminta keadilan, tapi tetap saja tidak bisa merubah keadaan. Harga bensin tetap naik, semakin mahal harganya dan semakin susah nyarinya. Stok bensin di mana-mana habis, yang punya kendaraan kebingungan, antri di pom bensin dari pagi ketemu pagi tapi bensin tetap tidak ada.

‘’Waduh! Sengsaranya hidup di negeri ini.’’

Negeri Gemah Ripah loh jinawi tapi rakyatnya masih hidup di bawah garis kemiskinan. Ditambah lagi nilai rupiah turun, rupiah menjadi anjlok turun drastis gara-gara krisis ekonomi. Para ahli ekonomi mengatakan, semua itu gara-gara pemerintah kita keseringan impor bahan pokok dari luar negeri. Seperti beras, kedelai, bawang, daging, buah-buahan, dan juga barang-barang produk kemasan lainya. Belum lagi barang-barang elektronik seperti mobil, handphone, motor dan lain sebagainya.

Niat pemerintah pengen bikin rakyatnya sejahtera, tapi justru malah membuat rakyat Indonesia tidak bisa mandiri. Pemerintah dengan mudahnya menyuplai bahan pokok dari luar negeri, membuat konsumen atau rakyat Indonesia memilih produk luar negeri itu. Alasannya, karena kualitasnya baik, mutu terjamin, harganya murah dan lain sebagainya. Tapi, semua itu berdampak buruk bagi petani kita, petani kita merugi, hasil panen sedikit, harganya pun sangat kalah bersaing dengan produk luar negeri. Membuat para petani kita enggan untuk bertani, lalu mereka pun alih profesi menjadi penambang pasir, berdagang, pergi merantau ke kota atau ke luar negeri.

‘’Waduh …!’’

Sedih rasanya melihat nasip petani kita yang terlunta-lunta, tidak dihargai, justru mereka yang selalu disalahkan.

‘’Yang salah sebenarnya siapa, pak? Petani apa pemerintah?’’

Semua petani itu ingin maju, ingin hasil yang melimpah dan ingin hidup sejahtera. Tapi kenyataanya, Air susah, Pupuk susah, Benih susah, penyuluhan pun tidak ada, atau yang disuluh hanya tempat-tempat tertentu. Ini tanggung jawab pemerintah, sebagai wong cilik saya cuma bisa ngedumel menyampaikan aspirasi, bagaimana mau maju petani kita kalau keadaannya seperti itu.

Usul saya, dari pada uangnya habis dikorupsi lebih baik uangnya digunakan dengan baik, untuk membuat irigasi masal, PUPUK untuk rakyat, lalu mencari bibit unggul, bibit dengan kwalitas terbaik agar panen petani kita melimpah. Saya yakin negeri kita tercinta ini akan menjadi makmur dan sejahtera, saya sebagai rakyat kecil selalu ingin bersuara meski suara kami sumbang, selalu ingin berjuang meski aspirasi kami tidak pernah didengar.

Sebagai Rakyat kecil saya sangat turut prihatin, ‘NEGERI KAYA GEMAH RIPAH LOH JINAWI’ selalu kekurangan bahan pokok. Harga kedelai melambung dan semakin langka di pasaran, membuat pengusaha tahu dan tempe gulung tikar, tempe sepertinya menjadi barang mewah bagi rakyat di negeri ini.

‘’Aneh bukan?’’

Padahal tempe dan tahu itu bukan barang mewah, tapi kenyataanya rakyat kita benar-benar kesulitan mencarinya.

TANAH AIRKU INDONESIA, Negeri kaya gemah ripah loh jinawi, artinya, tanah yang subur dengan mineral yang sangat melimpah, emas, batu bara, minyak bumi, dan juga tanah yang subur untuk bercocok tanam. Tapi, lagi-lagi kita tidak bisa mengolahnya dan mineral bumi yang melimpah itu kini menjadi lautan lumpur.

>Emas murni dengan kwalitas terbaik, sangat melimpah di negeri kita Indonesia, tepatnya di tanah papua. Tapi, lagi-lagi kekayaan kita di keduk dan di bawa keluar negeri dan pemerintah cuma kebagian beberapa persen saja.

>Air yang sangat melimpah. Tapi kenyataanya, setiap hari kita membeli Aqua dan mengkonsumsi Aqua dan tergantung dengan air mineral itu. Padahal produk Aqua itu 75% sahamnya milik prancis, sumber airnya dari Tanah air kita sendiri letaknya di daerah sukabumi.

>Mau membangun rumah pakai semen Tiga Roda, Indocement sekarang milik Heidelberg (Jerman) (61,70%). Semen Gresik milik Cemex Meksiko, Semen Cibinong punyanya Holcim (Swiss), padahal bahan bakunya dari negeri kita sendiri.

>Setiap hari menikmati minuman segar Teh Sariwangi (100% saham milik Unilever Inggris.) gulanya juga gula impor (Gulaku - Malaysia)

>putra dan putri kita minum susu SGM (milik Sari Husada yg 82% sahamnya dikuasai Numico Belanda).

>Lalu, mau mandi saja pakai sabun Lux dan Pepsodent (Unilever,Inggris).

>Mau makan, Berasnya beras impor dari Thailand (BULOGpun impor).

>Mau santai habis makan, rokoknya Sampoerna (97% saham milik Philip Morris Amerika).

>Menyimpan uang di ATM BCA, Danamon, BII, Bank Niaga, semuanya sudah milik asing walaupun namanya masih Indonesia.

>Mau belanja keperluan bahan pokok, pergi Ke Carrefour( milik prancis). pergi ke Alfamart (75% sahamnya Carrefour). Bagaimana dengan Giant? Ini punya Dairy Farm International.

‘’Waduh! Ini salah siapa, ya?’’

NEGERI KAYA GEMAH RIPAH LOH JINAWI tapi selalu dilanda krisis moneter. Para ahli ekonom dari luar negeri mengatakan,

‘’kenapa Indonesia tidak ada yang mau mengEmbargo, anda tau tidak?’’

Karena jika di Embargo, Rakyat Indonesia bisa menjadi mandiri. Artinya mandiri, kita mau mengolah hasil bumi kita sendiri dan membeli produk sendiri tanpa harus tergantung dari luar negeri. Semakin mandiri
maka negara Indonesia akan menjadi Negara yang sangat dan menjadi Negara besar yang di segani. Mereka tau (luar negeri ) makanya mereka selalu memudahkan kita untuk membeli produk mereka atau bahan pokok mereka, karena kita tidak bisa mandiri. Dan lagi-lagi Negara tidak bisa mendidik rakyatnya untuk mandiri

Mari kita semua bersatu menuju perubahan dan bersama-sama membangun negeri tercinta ini dengan kemandirian. Tidak perlu muluk-muluk cukup membiasakan diri dengan membeli produk asli Indonesia, atau membeli bahan pokok dari petani.

note : ‘’Teruntuk bapak petinggi-petinggi di negeri ini.’’

Mohon dipertimbangkan kembali tentang bantuan beras untuk rakyat miskin (raskin). Beras itu banyak kutunya, memakai bahan pemutih, sangat tidak layak untuk kami. kakek bilang,

‘’Itu beras mirip beras jaman jepang, banyak bubuknya dan juga banyak kutunya. kalau di masak nasi menjadi pera.’’

‘’Waduh!’’

Kenapa kita kembali lagi ke jaman susah, padahal negeri ini sudah merdeka.

‘’Kemana mereka?’’

‘’Kemana perginya orang-orang pintar berdasi itu?’’

‘’Sibuk berdebatkah?’’

Sibuk memperkaya dirikah atau sibuk dengan janji-janji palsunya?’’

Entahlah, masa bodo dengan mereka, yang penting aku tetap bangga dan mencintai negeri ini. Suara kami akan tetap lantang terucap, meski tidak ada yang mau mendengar. Ini hak kami, karena kami yakin Negeri tercinta kita Indonesia adalah negeri yang sangat kaya raya “Gemah Ripah Loh Jinawi’’

-Salam santun saya ‘’Satrio’’ si juragan kodhok 06/05/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar