Senin, 05 Mei 2014

Gadis Cantik Itu Ternyata Jodohku

Lomba Cerpen "Rengkuh Aku, Kekasih"
Nama asli: Satrio damar setiadji
Nama pena: juragan kodhok
Judul : Gadis Cantik Itu Ternyata Jodohku

Aku mengenalnya 4 Tahun yang lalu, saat aku sedang ngamen di sebuah kafe di kawasan kemang Jakarta selatan. Saat itu pengunjung kafe sangat ramai, karena malam itu khusus menyajikan musik clasic rock 80an. Tiba-tiba seorang pelayan kafe datang menghampiriku dan membisikkan sesuatu ketelingaku.

‘’Mas, gadis yang duduk di ujung sana itu minta request lagu. Tolong, ya?’’ ujar si pelayan kafe itu sambil menyerahkan secarik kertas putih.

Sekilas aku lihat gadis itu, dia tersenyum sambil melambaikan tangan ke arahku. Lalu, aku baca coretan tangan itu.

‘’Aku request lagunya Queen 'Love of my life' ya, Mas?’’

Kemudian, aku naik ke atas panggung kecil itu, panggung mini ukuran 4x4 meter itu tempatku mencari rezeki sekaligus menyalurkan hobbyku. Dan seperti biasa, sebelum aku beraksi aku selalu menyapa pengunjung terlebih dahulu.

''Selamat malam Jakarta, selamat menikmati sajian musik dari kami. Salam Rock n Roll!''

Love of my life,
you hurt me,
you broken my heart,
now you leave me

Love of my life can't you see,
Bring it back bring it back,
Don't take it away from me,
Because you don't know what it means to me

Alunan lagu merdu mendayu-dayu dan suara denting gitar ibanezku semakin menghangatkankan suasana malam di kafe itu. Semua pengunjung seakan terbuai, dan sangat menikmati alunan lagu indah karya grup band legendaris asal inggris itu. Nada melody indah itu seakan memaksa pengunjung untuk ikut larut dan menyanyikan lagu indah itu sambil melambai-lambaikan tanganya.

Love of my life,
Love of my life

Tepuk tangan pengunjung kafe riuh terdengar, mengakhiri penampilan pertamaku malam itu. Aku sangat puas dengan penampilanku malam itu, aku bisa memberikan hiburan untuk mereka.

Setelah selesai menyanyikan beberapa buah lagu, aku segera beranjak keluar menuju ke tempat duduk yang berada di luar kafe, tempat biasa aku melepaskan lelah sambil menikmati secangkir coffe. Saat aku sedang duduk sendirian, seorang gadis cantik datang menghampiriku dan langsung mengulurkan tangannya untuk memperkenalkan diri.

‘’Saya Putri, Mas. salam kenal, ya.’’ ujar gadis itu lalu duduk di sampingku.

Kemudian, gadis cantik itu cerita panjang lebar tentang lagu yang aku nyanyikan tadi. Katanya, dia sangat menyukai lagu itu, lagu itu mengingatkan dia pada kekasihnya yang kini telah tiada. Penyakit paru-paru menggerogoti tubuh kekasihnya, membuat kekasihnya itu nekat bunuh diri untuk mengakhiri hidupnya. Malam ini tepat hari Ulang Tahunnya, ia sengaja datang ke sini karena di kafe inilah tempat ia bertemu dengan kekasihnya itu.

‘’Maas …

Tiba-tiba gadis cantik itu menangis sesenggukan di sampingku tanpa ada sepatah kata pun terucap dari bibirnya. Sepertinya, kejadian itu membuatnya sangat sedih dan sangat kehilangan.

Sejenak, aku pandangi wajah gadis cantik itu.

‘’Aah …, cantik sekali gadis ini.’’ ujarku dalam hati mengagumi kecantikan gadis itu.

Hatiku berdesir melihat kecantikan gadis itu. Hidungnya yang mancung, alisnya yang lebat, rambutnya yang hitam terurai panjang, dan bibirnya yang manis itu semakin membuatku salah tingkah.

‘’Aah, andai saja dia bisa menjadi kekasihku.’’ ujarku dalam hati, kembali mengagumi kecantikan gadis itu.

Perlahan-lahan aku pegang tangannya, lalu aku mencoba untuk menenangkannya.

‘’Putri. Rasa pahit itu memang tidak enak, tapi sering sekali kita butuh rasa pahit untuk menjadi lebih sehat. Barang kali demikian juga dengan kehidupan, ada kalanya rasa pahit itu harus menjadi bagian atau proses untuk menjadi lebih baik.’’

‘’Iya, Mas.’’ jawab gadis itu, suaranya lirih terdengar.

‘’Kadangkala, kita perlu menjadi manusia pelupa. Lupa pada siapa yang menyakiti kita, lupa pada siapa yang membenci kita, dan juga lupa pada siapa yang meninggalkan kita. Agar kita tidak bersedih dan mampu meneruskan perjalanan ini, tanpa harus berhenti karena mengingat sesuatu yang buruk.’’

‘’Iya, Mas.’’ jawab gadis itu semakin menundukkan kepalannya, matanya terlihat sembab seperti hendak menangis.

‘’Boleh saja kita mengenang semua kenangan manis yang kita alami, tapi jangan takut menciptakan kenangan-kenangan baru. Hidupku juga penuh dengan kepahitan tetapi selalu ada kenangan manis dalam hidup ini. Karena, aku meramu kepahitan hidup menjadi hal yang menyegarkan. Jika kamu menerima sebutir jeruk asam, jangan buang jeruk itu, tapi buatlah es jeruk, maka akan menjadi minuman yang sangat segar, dan menyegarkan panasnya perjuangan hidup ini.’’

Tiba-tiba gadis cantik itu mencium pipiku, lalu memelukku dengan sangat erat.

‘‘Terima kasih, Mas. Hatiku lega sekarang.’’

Kemudian, aku antar gadis cantik itu pulang ke rumahnya dengan vespa bututku. Di sepanjang jalan dia nampak ceria sekali, sepertinya gadis cantik itu telah menemukan keceriaannya kembali.

Setelah pertemuan malam itu, aku dan dia menjadi semakin akrab, setiap ada waktu luang aku selalu mengajaknya pergi ke tempat-tempat yang aku sukai. Pergi ke ancol, kota tua, beli buku loakan di Jatinegara, atau sekedar keliling kota Jakarta dengan menaiki vespa bututku.

Waktu berjalan dengan cepatnya. Kini, aku dan dia telah menjadi sepasang kekasih yang tidak bisa terpisahkan.Semakin lama cinta itu semakin tumbuh dan bersemi, tali asmara itu telah terajut dengan sangat erat. Hingga pada suatu hari, dengan sangat percaya diri aku memberanikan diri untuk melamarnya.

''Dek Putri, maukah engkau menjadi isteriku?''

Putri diam saja tidak menjawab pertanyaanku, gadis cantik itu memandang mataku lekat-lekat, lama sekali kekasih pujaanku itu menatap wajahku. Lalu, dia tersenyum malu-malu kemudian menganggukkan kepalanya.

‘’Alhamdulilah ya Alloh ....’’

Saat itu hatiku rasanya sangat bahagia, mungkin inilah jodoh yang dikirimkan Tuhan untukku. Saatnya untuk mengucap syukur kepadaMU ya Alloh atas karunia yang telah engKAU berikan pada hamba.

Kini, gadis cantik pujaan hatiku itu telah menjadi isteriku dan aku sangat bangga bisa mempersuntingnya, dan bisa dibilang aku ini adalah laki-laki beruntung yang bisa menambatkan hati padanya.

Tapi, ada sifat yang tidak aku sukai dari isteriku, sikapnya terkadang lembut, terkadang marah, manja atau terkadang malah suka ngambek tidak jelas.

Waktu masih pacaran kalau lagi marahan gampang, paling cuma nggak telpon-telponan lalu stop ketemuan. Terus, biar dia nggak ngambek aku bawain makanan yang dia sukai. Aku beliin chiki, kuaci, cilok, opak, rujak bebek atau aku bawain combro buatan emak.

Tapi, kalau sudah menikah mau marahan gimana, tidurnya saja satu ranjang, di rumah juga ketemu terus. Jadi lucu kalau pas tidur, muka hadap-hadapan, tampang sama-sama cemberut, alis mengkerut, bibir manyun , wajah siap tempur, nafas kembang kempis karena nahan emosi dan selalu jaga jarak.

‘’Huft ..., Nasipku jadi kayak truk gandeng saja.’’

Pokoknya nggak boleh kesenggol dikit, karena akibatnya bisa fatal. Kena senggol dikit langsung kena tabok, kena senggol banyak langsung di ketok pakai centong .

Di tengah kasur dikasih sekat pembatas guling, bantal, lemari, kulkas, gerbong kereta atau terkadang malah pakai kawat berduri, sekalian di bawah kasur itu dipasangin ranjau, biar aman maksudnya.

‘’Huft, Sampai segitunya kamu, dek.’’

Gencatan senjata pun dimulai, bangun tidur pagi-pagi sekali isteriku sudah nggak ada disampingku. Kemudian, mataku celingak-celinguk nyariin isteriku, tengok kiri, tengok kanan, tengok kolong tempat tidur, dalam laci, di bawah bantal, tapi nggak ada juga keberadaanya.

‘’kemana dia? Kemana perginya isteriku?’’ tanyaku dalam hati

Lalu, aku pergi ke dapur, niatnya mau mengambil air minum tapi pas sampai di dapur ternyata Aqua galonnya habis. Kemudian, mataku kembali celingak-celinguk nyari sesuatu, biasanya setiap pagi isteriku selalu nyediain aku sarapan. Tapi, pas aku buka tudung nasinya mendadak aku jadi kaget…

‘’Badhalaaa ...!’’ ternyata di bawah tudung nasi itu ada sendal jepit bututku .

‘’Hiks, tega nian dikau honey ..., tega nian dikau padaku …!!’’

lalu…

'' Wah, apaan, nih?’’

Aku lihat di bawah piring itu terselip selembar kertas putih.

‘’Baca dulu, ah. Mungkin ini pesan dari bu menteri.’’ ujarku dalam hati sambil membaca coretan kertas putih itu.

‘’Gas habis, Mas. Tabungnya sudah adik loakin. Kalau mau makan atau minum beli sendiri, dan jangan cari aku. Tapi, kalau Mas kangen, Adek di rumah Emak.’’

ttd :
‘’Si manis demplon selalu untukmu selamanya.’’

Mendadak, saat itu juga hatiku rasanya sedih banget, hancur sudah semua harapan yang selama ini aku banggakan. Aku merasa sangat kehilangan isteriku, kejadian ini sungguh tidak pernah aku duga, padahal kemaren sore isteriku masih mesra banget.

‘’Ehmm ..., Mas ganteng banget hari ini, jalan-jalan yuk, Mas? terus kita duduk berdua di taman sambil ngemil makan kuaci, Mas yang ngupas Adek yang makan.’’

Tapi, kenapa sekarang jadi begini, isteriku jadi ngambek beneran.

‘’Maunya apa, sih?’’ gerutuku dalam hati.

Gara-garanya pas aku pulang kerja aku langsung mandi, lagi asik mandi tiba-tiba hpku bunyi.

‘’Ting tong ... ternyata ada sms masuk, suaranya nyaring banget.

Bu menteri pun langsung sidak dadakan, itu hp disamber lalu dibacanya. isi inboknya begini …

“Aku tunggu di tempat biasa ya, Bang? Bayarnya dilunasin sekalian, ya?’’

Dari :
;’’MARKONAH BOHAY.’’

Saking kesalnya, itu hape kreditan langsung dibanting Isteriku.

‘’Bruaaakk …

Itu hape jadi pecah berkeping-keping hancur berantakan, tinggal sim cardnya yang masih tersisa.

‘’Huft.’’

Cewek kalau lagi emosi susah banget ngatasinnya, padahal sudah aku jelasin baik-baik, tetap saja dia nggak percaya, malah nyerocos saja persis seperti tukang jamu. Padahal si ‘'MARKONAH BOHAY'’ itu tukang kredit langgananku, aku ditagih terus soalnya kredit panci + kredit daster isteriku belum aku lunasin.

‘’Huft ...

Apes nian nasibku, gara-gara masalah sepele rumah tanggaku jadi berantakan begini. Tapi, namanya lelaki sejati, aku harus siap dan berani selesaikan masalahku ini sendiri, aku nggak mau masalahku ini sampai berlarut-larut.

Sore itu, sepulang dari kerja aku langsung pergi mandi, habis mandi aku dandan serapi mungkin, soalnya sore ini aku mau jemput isteri di rumah mertuaku, aku mau baik-baikin isteriku, repot kalau isteriku ngambek terus.

Biar isteriku nggak ngambek aku bawain oleh-oleh kesukaan dia. Ada martabak, onde-onde, dodol garut, jagung rebus, sego tiwul, ceplus, pilus, kue geplak, tempe bongkrek, sampai arem-arem aku bawain juga untuk isteriku.

Biar makin komplit aku bawa sekalian si ‘MARKONAH BOHAY ‘ emak-emak tukang kredit itu, biar emak-emak itu bisa jelasin semua masalahnya. Sekalian aku mau kredit lagi ‘daster’ motif blorok blentong-blentong 10 stel, biar isteriku langsung klepek-klepek.

Kemudian, aku nyalakan mesin vespa bututku dan langsung berangkat pergi kesana.

‘’Breeemm …, brembem ..., brembem …

Vespa bututku pun melaju menembus keramaian jalan raya demi mencari cinta sejati yang hilang. Sesampainya di sana di rumah mertuaku, aku lihat isteriku duduk sendirian di pojokan sofa, raut mukanya terlihat cemberut siap tempur.

‘’Adek …, Mas datang, nih? Lihat nih mas bawa makanan kesukaanmu.’’ ujarku sambil menyodorkan bungkusan kue.

tapi, isteriku tetap diam saja tidak memperdulikan kehadiranku.

Akhirnya, aku jelasin semuanya dari a sampai z, emak-emak tukang kredit itu pun ikut jelasin, biar masalah ini cepat selesai. Tapi, isteriku tetap cuek dan tetap diam saja, dia malah asik sendiri ngliatin kecoak telentang yang nggak bisa bangun-bangun.

‘’Ya sudahlah …, Kalau Adek masih marah lanjutin saja. Mas mau merokok di luar.’’

Lalu, aku keluar dari ruangan itu, kemudian duduk di teras rumah mertuaku. Tidak lupa aku selipkan ongkos pulang untuk emak-emak tukang kredit itu, biar emak-emak itu cepat pulang naik taksi atau ojek. Selesai merokok aku masuk lagi ke dalam rumah mertuaku, aku lihat isteriku masih tetap diam, cuma bedanya bibirnya sudah kelimis berminyak, lalu aKu lirik bungkus martabak itu

‘’Haah …! tinggal separo …! cepat bangeet ...!’’ ujarku dalam hati.

Tapi, aku tetap pura-pura diam takut isteriku marah. Tiba-tiba…

‘’Maaasss …, Adek cayang, Mas ... Maafin Adek, yaa ...’’

Aku langsung dapat pelukan mesra dari isteriku, erat banget pelukanya, terasa hangat dalam dekapanku

Kemudian, aku ajak isteriku pulang ke rumah, pulang ke rumah impianku, rumah impian dunia khayalku, rumah idaman kita berdua. Lalu, aku nyalakan kembali mesin vespa bututku dan langsung berangkat pulang.

‘’Breeemm …, brembem ..., brembem …

Kini , hilanglah rasa sedihku, terganti dengan rasa cinta penuh kasih. Pelukan mesra isteriku membuatku semakin yakin dialah isteri idamanku ’I love u honey’.

-Salam santun saya ‘’Satrio” si juragan kodhok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar