Kamis, 10 September 2015

Nyanyian Cinta untuk Sahabatku yang berada di Perantauan
















Terkadang, karena terlalu sibuknya kita bekerja, kita jadi melupakan kesehatan diri, kecapaian, lalu badan menjadi ngedrop atau sakit. Di saat seperti itu hati rasanya sedih sekali, kita merasa kangen dengan orangtua kita yang berada di rumah. Ingin di manja, di peluk, atau berkumpul bersama keluarga. Merindukan suasana makan bersama keluarga tercinta, meski pun menunya sangat sederhana tapi nikmatnya tiada terkira. Suasana seperti itu tidak akan terganti dengan apa pun.

''Sobat muslim yang terhormat yang dirahmati Alloh swt.’’

Saat kita berada jauh bekerja di perantauan, jauh dari sanak dan keluarga, perasaan kangen itu selalu muncul dalam benak kita.

‘’Tapi, taukah kita?’’

Orangtua kita pun juga demikian, sangat merindukan kita di perantauan. Rasa rindunya melebihi rasa rindumu, hingga terkadang membuat orangtua kita mendadak sakit karena terlalu mengkhawatirkan keadaanmu di perantauan. Dan, Orangtua kita pasti akan semakin sedih saat kita jarang memberi kabar.

Buat sobatku semua yang berada di perantauan, meskipun sedang sibuk dengan segala aktifitasmu, luangkanlah sedikit waktumu untuk memberi kabar kepada orang tuamu. Meskipun hanya sebatas bertanya kabar atau berkirim salam, cukuplah membuat orangtua kita bahagia, cukuplah untuk mengobati rasa rindunya dan cukuplah menghibur rasa sedih di hatinya. Sederhana, namun bisa membuat orangtua kita bahagia.

‘’Tapi, taukah kita? kesedihan orang tua yang paling besar itu apa?’’

Kesedihan Orangtua yang paling besar adalah ketika melihat anak-anaknya meninggalkan rumah satu persatu ketika dewasa. Hatinya merasa sedih ketika hari itu beliau harus rela melepas kepergianmu. Hatinya merasa sedih ketika ada anak seumuranmu menyapanya. Hatinya kembali bersedih ketika melihat di tumpukan lemari baju masih tersimpan baju-baju lamamu. Dan hatinya kembali bersedih dan sangat merindukanmu ketika hari itu Ibu memasak masakan kesukaanmu.

‘’Anakku … seandainya kamu ada di sini, Nak! Kamu pasti lahap sekali makannya.’’

Dan, ketika Orangtua kita mendengar ada orang lain memanggil "ayah/ibu"mama /bapak/simbok, dengan tidak sengaja beliau akan berbalik dan melihatnya. Namun, setelah sadar itu bukan dirimu, beliau kembali bersedih dan hanya bisa pasrah dan berdo’a.

‘’Ya Alloh …Semoga putra dan putriku selalu baik-baik saja di sana. Berikan kesehatan dan rejeki yang halal untuk mereka …ya Alloh ...’’

‘’Subhanalloh ...’’

Do’a tulus orangtua kita begitu mulianya. Beliau akan selalu mengingatmu dalam setiap untaian do’anya.

Ketika kamu menangis dalam kerinduanmu, ketika kamu termenung di dalam kesepianmu, ketika kamu merasa bosan dengan kesendirianmu, ketika kamu lelah dengan masalahmu, dan ketika tidak ada lagi yang bisa mengerti tentang kegelisahan hatimu.

‘’Apakah kamu tau?’’

Jauh di seberang sana doa-doa tulus keluargamu selalu menyertai langkahmu. Cinta mereka tidak akan pernah habis, Cinta mereka kuat bagai karang di tengah lautan. Dukungan mereka selalu yang terhebat, dan selalu ingatlah kepada mereka, tanpa mereka kamu bukanlah siapa siapa. Karena, harta yang paling berharga adalah KELUARGA.

Jangan pernah mengeluh dengan kesendirianmu dan jangan pernah merasa kesepian di dunia ini. Karena, Alloh swt akan selalu berada di hatimu, menemani di setiap langkahmu dan mendengar di setiap untaian do'amu. Jadikan sabar dan Sholat sebagai penolongmu dan Al qur'an sebagai pembimbingmu, agar kamu selalu berada di jalan yang diridhoinya. Agar usaha kerasmu mendapatkan berkah melimpah, berkah di dunia hingga di akhirat nanti.

''Sobat muslim yang terhormat yang dirahmati Alloh swt.’’

Terkadang, karena terlalu sibuk dengan kesibukan, kita jadi sering melupakan orangtua dan melupakan keluarga di rumah. Semakin berlimpahnya materi membuat kita lupa diri, menjadi sombong, merasa bisa, merasa mampu melakukan sesuatu, hingga membuat kita menjadi lupa diri.

Dan, di saat orangtua kirim pesan untukmu …

‘’Nak … Masih sibukah kamu di perantauan? Cepatlah pulang, Nak? Bertahun-tahun kamu nggak pulang … Ibu dan Bapak kangen, Nak.’’

Lalu, apa yang terjadi?

Kamu justru terlalu asik dengan duniamu sendiri, dan terlalu sibuk dengan kesenanganmu sendiri.

‘’Biar sajalah, yang penting aku sudah kirim uang. Nggak tau apa kalau ongkos sekarang mahal!’’ gerutumu dalam hati tanpa memperdulikan orangtuamu.

Ketika orangtua memberi hadiah kepada anaknya, anak itu tersenyum kegirangan. Ketika anak memberi hadiah kepada orangtua, orang tua menangis. Sebagian orang bilang bahwa, kita hidup di dunia ini tidak saling utang. Tetapi melalui coretan sederhana ini aku menyadari bahwa, kita selamanya akan berutang kasih sayang kepada orangtua kita.

‘’Subhanalloh …’’

Ternyata yang kamu pikirkan hanya materi. Tanpa kenal lelah dan tanpa kenal waktu kamu rela bekerja siang dan malam, bahkan sampai pagi hari, hingga akhirnya saatnya menuai hasil. Rejekimu melimpah, tabungan banyak, bisa makan yang enak-enak, bisa membeli barang-barang mewah, dan bisa liburan ke mana pun kamu suka. Ingatlah sobat …

Dengan uang melimpah memang bisa membuat kita bahagia, apa yang kita mau dan kita inginkan bisa di beli. Tapi, dengan uang juga bisa membuat kita menjadi lupa diri dan merubah tabiat kita yang baik menjadi tidak baik.

Namun, kita tidak perlu terlalu alergi dengan uang. Uang tidak jahat dan uang bukan untuk dijauhi. Uang hanya perlu di waspadai dan berjaga-jaga supaya uang tidak mengendalikan dan tidak mengatur kita, melainkan kitalah yang tetap memegang kendali atas uang.

Tapi, sayangnya banyak diantara kita gagal dalam hal ini. Tanpa kita sadari,uang telah menjadi Tuhan dalam hidup kita. Uang telah menyihir kehidupan kita, bahkan mempengaruhi seluruh aktifitas kita.

Uanglah yang membuat kita bersukacita atau bersedih. Uanglah yang membuat kita merasa aman atau kuatir. Uanglah yang membuat kita mengorbankan kepercayaan dan mau melakukan perbuatan dosa yang paling memalukan sekalipun. Uanglah yang membuat kita lupa segala-galanya. Lupa terhadap diri sendiri, lupa keluarga, lupa orangtua dan bahkan lupa kepada Sang Pencipta. Bukankah ini cukup memberi gambaran bahwa uang telah menggantikan posisi Allah dalam kehidupan kita. Sungguh keadaan yang menyedihkaN.

‘’Astagfirulloh ...’’

''Sobat muslim yang terhormat yang di rahmati Alloh swt.’’

Inilah roda kehidupan manusia. Di saat hati sedang sedih kita hanya bisa menangis dan meratapi nasib. Menyesal diri, Kenapa semua itu bisa terjadi, dan berharap semoga semua masalah cepat teratasi. Di saat hati sedang bahagia, kita menjadi lupa diri. Kita menari dan bernyanyi sampai lupa diri, sampai lupa waktu.

Inilah roda kehidupan manusia. Manusia tidak akan pernah puas dengan apa yang di milikinya. Selalu ingin lebih dan ingin melebihi yang lain. Hingga membuat kita tak sadar bahwa,

‘’Hidup ini hanyalah sementara. Hanya sesaat dan hanya sekedar mampir ngombe.’’

Kita tidak pernah tau dan kita tidak sadar, Setiap saat maut bisa menjemput kita. Yang sakit mendadak bisa sembuh dan yang sehat mendadak bisa meninggal dunia. Begitu juga sebaliknya.

Saat usia mulai senja, saat nafas sampai di tenggorokan kita baru sadar. Ternyata masih banyak yang belum kita lakukan dan masih banyak kesalahan yang belum diperbaiki. Masih belum cukup ibadahnya, masih berani membantah orang tua, masih sering berbuat maksiat, masih sering berbuat dosa, dan masih sibuk dengan kemewahan duniawi.

‘’Astagfirulloh … Sadarkah kita?!’’

 Saat nafas kita sampai di tenggorokan baru menyebut namaMU…

‘’ALLOHu AKBAR … Ampuni hamba ya ALLOH …’’

Sia-sialah semuanya. ‘’TERLAMBAT’’ terlambat sudah semua kata TAUBAT itu.

‘’Ke mana saja diriku selama ini?’’

‘’Apa yang aku lakukan selama ini?’’

‘’Selingkuhkah?’’

‘’Menjual dirikah?’’

‘’Berjudikah?’’

 ‘’Mabuk-mabukkan?’’

 ‘’Melukai sesama?’’

‘’Membunuh?’’

 ‘’Menipu?’’

 ‘’Mencuri?’’

‘’Berbohong?’’

‘’Berbuat maksiat?’’

‘’Mengobral aib?’’

‘’Durhaka pada orangtua atau menyimpang dari ajaran agama?’’

’Astagfirulloh …

Inikah bekalku itu? Inikah yang aku kumpulkan selama ini? Ternyata bekalku hanya dosa yang menggunung. Aku bingung dan aku takut, apa yang harus aku lakukan dan apa yang harus aku pertanggung jawabkan nanti di depan GUSTI ALLOH. Sekali tiup saja ragaku ini akan terhempas ke dalam API NERAKA. Di cambuk dengan api yang menyala-nyala. Di rebus dalam biji besi mendidih, di hidupkan kembali, lalu di siksa lagi, begitu seterusnya.

‘’Na’undubika himin dzalik … Jangan sampai kejadian itu menimpa kita dan menimpa orang-orang yang kita cintai.’’

''Sobat muslim yang terhormat yang dirahmati Alloh swt.’’

Mari kita semua saling berbenah diri dan saling intropeksi diri. Bahwa, hidup itu bukan hanya untuk kesenangan semata dan bukan untuk hura-hura semata. Mumpung kita masih di kasih kesehatan, mumpung masih di kasih banyak kesempatan dan mumpung nafas kita masih bebas kita hela. marilah kita TAUBAT untuk membenahi diri dan mencari kebajikan di jalan ALLOH. Jangan hanya kemewahan duniawi saja yang kamu agung-agungkan. Tinggalkan sejenak semua kesenangan duniawi. Lalu, bersujudlah kepada Tuhanmu Alloh swt.

Kebahagiaan itu, bukan tentang bagaimana caranya kita cepat kaya. Karena kekayaan bukan ukuran untuk bahagia. kebahagian adalah kesederhanaan hati. Hati yang selalu merasa cukup dan bersandar pada Alloh ta’ala. Tetap bersyukurlah apa pun yang kamu dapatkan.

Dan, kebahagiaan itu bukan juga tentang hari esok dan masa yang akan datang. Karena kita tidak pernah tau masa yang akan datang itu seperti apa. Nikmati saja hari ini dan nikmati rejeki hari ini dengan penuh rasa syukur.

''Sobat muslim yang terhormat yang di rahmati Alloh swt’’

Semoga coretan sederhana ini bisa memberi manfaat dan bisa menginspirasi kita semua. Sekiranya ada salah-salah kata atau ada yang kurang berkenan, mohon di bukakan pintu maaf yang sebesar-besarnya.

‘’Selamat malam saudaraku dan selamat beristirahat. Semoga di malam yang indah ini Alloh swt melimpahkan rahmat serta hidayahnya untuk kita semua dan juga untuk anda sekeluarga, aamiin. ‘’Wallahu A'lam bis-shawaab.’’

- Salam santun saya
http://indosatrio80.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar