Jumat, 27 Juni 2014

Tembang Lir-ilir

♪ ♫ Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wis sumilir
Tak ijo royo-royo tak senggo temanten anyar ♪ ♫

♪ ♫ Cah angon cah angon penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu yo penekno kanggo mbasuh dodotiro ♪ ♫

♪ ♫ Dodotiro dodotiro kumitir bedhah ing pinggir
Dondomono jlumatono kanggo sedo mengko sore ♪ ♫

♪ ♫ Mumpung padhang rembulane,
mumpung jembar kalangane ♪ ♫

♪ ♫ Yo surako… surak iyo… ♪ ♫

**
Bangunlah, bangunlah
Tanaman sudah bersemi
Begitu menghijau bagaikan pengantin baru

Anak gembala, anak gembala panjatlah (pohon) belimbing itu
Biar licin dan susah tetaplah kamu panjat
untuk membasuh pakaianmu

Pakaianmu, pakaianmu terkoyak-koyak di bagian samping
Jahitlah, benahilah untuk menghadap nanti sore

Mumpung bulan bersinar terang,mumpung banyak waktu luang
Ayo bersoraklah dengan sorakan iya

**
Lagu ini sering kita nyanyikan saat kita masih kecil. Ternyata makna yang terkandung di dalamnya sungguh sangat luar biasa.

Sebagai umat Islam kita di minta untuk bangun. Bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk lebih mempertebal keimanan yang telah di tanamkan oleh Alloh dalam diri kita dan hati kita yang dalam ini.

Di lambangkan dengan tanaman yang mulai bersemi dan begitu menghijau.

Terserah kepada kita. Mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagiaan. Seperti bahagianya pengantin baru.

Di sini di sebut anak gembala. Karena oleh Alloh, kita telah di berikan sesuatu untuk di gembalakan yaitu HATI.

Bisakah kita menggembalakan hati kita dari dorongan hawa nafsu yang demikian kuatnya?

Si anak gembala di minta memanjat pohon belimbing, yang notabene buah belimbing bergerigi lima buah.

Buah belimbing di sini menggambarkan lima rukun Islam. Jadi, meskipun licin, meskipun susah, kita harus tetap memanjat pohon belimbing tersebut. Dalam arti, dengan sekuat tenaga kita tetap berusaha menjalankan Rukun Islam apapun halangan dan resikonya.

Lalu, apa gunanya?

Gunanya adalah untuk mencuci pakaian kita yaitu pakaian taqwa. Pakaian yang di maksud adalah taqwa dalam diri dan hati kita. Sebagai manusia biasa, pakaian kita pasti terkoyak dan berlubang di sana sini. Untuk itu kita di minta untuk selalu memperbaiki dan membenahinya. Agar kelak, kita sudah siap ketika di panggil menghadap kehadirat Alloh SWT.

Kita di harapkan melakukan hal-hal di atas ketika kita masih sehat (di lambangkan dengan terangnya bulan) dan masih mempunyai banyak waktu luang. Dan jika ada yang mengingatkanmu, maka jawablah dengan iya.

- Salam santun saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar